Breaking News
Ayo Gabung
Ma'rifatullah (Mengenal ALLAH SWT)

Ma'rifatullah (Mengenal ALLAH SWT)

Baca Dulu Yang ini


“Maka berpalinglah kamu dari orang yang telah berpaling dari peringatan Kami dan dia tidak menghendaki, kecuali kehidupan dunia. Itulah kesudahan pengetahuan mereka. Sungguh Tuhanmu lebih mengetahui orang yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang yang dapat petunjuk”. (QS. An Najm: 29-30).

Dalam Kehidupan manusia layaknya kita harus dalam kehidupan sosial yang dalam artian bahwa kita akan saling membutuhkan, layaknya ketika kita membutuhkan orang lain pastinya kita juga mengenal siapa dia, nah kalimat pembuka tersebut sedikit sama akan ketika kita ingin mengenal Allah SWT, mungkin kita juga sering mendengar kalimat tak kenal maka tak sayang, nah ungkapan tersebut juga bisa dijadikan pemikiran bahwa ketika kita ingin di sayang Allah maka seharusnya kita juga harus mengenal-NYA. mari kita baca bersama uraian tahap-tahap mengenal ALLAH.  Sesungguhnya ajaran tauhid, telah ada dalam jiwa manusia sejak Nabi Adam as sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah swt di muka bumi.

Sesungguhnya Allah swt, menurunkan agama islam (ajaran tauhid) untuk manusia adalah untuk memuliakan manusia itu sendiri, bukan untuk menyengsarakan hidup manusia. Dengan ajaran agama islam ini, diharapkan manusia dapat mengenal Allah swt. Mengenal kekuasaan Nya, kebesaran Nya dan keagungan Nya, sehingga manusia dapat beriman kepada Nya dengan sebenar-benarnya iman yang akan menimbulkan rasa cinta terhadap Allah swt.
Lalu apa tauhid (Aqidah)? Aqidah berasal dari kata 'aqada-ya'qidu-'aqdatan yang berarti simpulan ikatan perjanjian yang kuat. Kemudian bentuk kata ini berubah menjadi 'aqidatan ('aqidah) berarti ikatan kepercayaan dan keyakinan kebenaran yang kuat dalam hati. Sedangkan secara etimologis /istilah berarti " Suatu kebenaran yang dapat diyakini dalam dalam hati dengan penuh kemantapan, sehingga terhindar dari keragu-raguan, berdasarkan ayat-ayat qauliyah (Al Quran) maupun ayat-ayat kauniyah (alamiah) yang dapat dibuktikan dengan hukum alam dan pengetahuan."
Keimanan/keyakinan manusia itu bertingkat-tingkat, untuk membuktikan keyakinan yang mapan, maka dapat dianalisa dengan tiga tingkat :

Tingkat pertama disebut ilmul yakin : yaitu suatu keyakinan yang didapat berdasarkan ilmu dan pengetahuanya, berupa teori, ibarat kita melihat asap , maka kita akan yakin bahwasanya ditempat tersebut pasti ada api.

Tingkat kedua disebut ainul yakin, sebagai peningkatan ilmu dari ilmul yakin. Untuk lebih meyakinkan kebenaran perkiraan kita terhadap hal tersebut tadi, maka kita menuju ketempat dimana kita perkirakan api sedang berkobar. Dari kejauhan kita dapat melihat jilatan api yang menambah keyakinan kita akan adanya kebakaran (penelitian dan observasi).

Tingkat ketiga disebut Haqqulyakin. Setelah kita melihat jilatan api , makin mendekat makin terasa juga panasnya, barulah kita percaya sepenuhnya bahwa dugaan kita tadi ternyata benar dan tak perlu diragukan lagi

Ma'rifatullah
Allah swt adalah Dzat yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Kekuasaan Nya tidak terbatas, kekuatan Nya tidak dapat diukur, keluasan ilmu Nya tidak dapat diketahui, kebesaran Nya tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Karena itu keaguangan dan kebesaran hanyalah milik Allah swt. Sedangkan manusia, betapapun hebat dan unggulnya, ia hanyalah salah satu makhluk dari berjuta-juta makhluk Allah swt yang sangat membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari Nya.
Apabila manusia menyadari hakikat tersebut maka ia pasti akanberiman tunduk dan patuh kepada Allah swt. Merendahkan dihadapan Nya dan menerima kebenaran dengan tulus dari siapapun juga. Sebab hakikatnya kebenaran datangnya dari Allah swt (QS. 2:147)
Oleh karena itu semakin orang mengenal Allah swt, maka akan semakin kuat imanya dan semakin takut kepada Nya.
Satu hal yang sangat penting dalam hidup manusia di dunia yang sementara ini adalah bagaimana manusia itu dapat menyempunakan imanya sehingga ia dapat mati membawa kalimat iman, kalimat"laailaha illallah" dan amal sholeh sehingga ditolong oleh Allah swt dari adzabNya, masuk kedalam surga Nya.
Untuk menumbuhkan keimanan yang sempurna kepada Allah swt, maka kita harus berusaha, tanpa berusaha tidak mungkin keimanan itu datang dengan dengan tiba-tiba. Untuk mendatangkan keimanan yang sempurna kita perlu mengenal siapa itu Allah swt (Ma'rifatullah).
Ma'rifatullah berasal dari kata Ma'rifah berarti mengenal, mengetahui,. Yang perlu ditekankan, mengenal Allah bukan lewat dzatNya melainkan mengenal Allah lewat ayat-ayatNya dan tanda-tanda kebesaran Allah swt.

Urgensi Ma'rifatullah
Orang yang mengenal Allah swt dengan sebenar-benar pengenalan, akan menyadari bahwa Allah swt yang Maha kuasa, Maha Kaya, Maha Perkasa dan Maha Bijaksanatidak membutuhkan sesuatupun dari manusia. Karenanya bila mendapatkan kebaikan maka akan memuji Allah swt dan bersyukur kepada Nya, tidak menyombongkan diri atau lupa diri, sebab ia tidak akan mampu berbuat apapun tanpa bantuan dan pertolongan Nya dan bila mendapatkan keburukan maka segera melakukan instropeksi.
Orang yang telah mengenal Allah swt akan menyadari tugas yang harus ia emban dalam kehidupan di dunia ini yaitu beribadah kepada Nya untuk mencari keridhaan Nya. Sebaliknya orang yang tidak mengenal Allah swt, akan menyombongkan diri di dunia ini, dan manusia yang menyombongkan diri sama saja menantang Allah swt dan menjadikan dirinya sebagai saingan bagi Nya. Orang yang menyobongkan diri adalah orang yang tidak mengenal pencipta dan pengatur jagad raya ini yaitu Allah swt.
Dengan mengenal Allah maka kita dapat mengetahui dengan pasti apa tujuan hidup kita (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia, kita akan merasakan kehidupan yang lapang walau bagaimanapun keadaan dan seberat apapun masalah yang dihadapi. Karena kita yakin Allah pasti memberikan yang terbaik bagi hamba Nya dan akan kegelapan dan kebodohan menuju cahaya yang terang (QS.6:122).
Maka sungguh beruntung, apabila seseorang itu kenal dengan Allah sehingga dicintai dan ditolong oleh Allah swt, maka dia akan mendapatkan segala-galanya, bahagia, sukses selama-lamanya di surga Nya.

Jalan Menuju Pengenalan Kepada Allah
Agar manusia dapat mengenal Allah, ia harus tahu jalan yang benar untuk menujunya. Karena bila jalannya salah bisa jadi ia akan kesasar. Orang yang benar jalannya hingga ia sampai pada tujuan yang sebenarnya, ia menjadi orang yang ma’rifah dan semakin yakin serta membenarkan keimanannya. Sedangkan orang-orang yang tersesat jalannya, tentu tidak akan sampai pada tujuan yang sebenarnya, yaitu berma’rifah kepada Allah. Mereka kemudian menjadi orang yang penuh keragu-raguan (al irtiyab), hingga kemudian menjadi orang-orang kafir mengingkari keberadaan Allah.

1.    Jalan yang dilalui bukan atas dasar petunjuk Islam

Dari dahulu hingga sekarang ada orang-orang yang masih beranggapan bahwa Allah tidak ada, hanya gara-gara mereka tidak dapat melihat-Nya dengan panca inderanya sendiri (al hawas), dengan alasan mereka tidak mempercayai sesuatu yang ghaib. Padahal panca indera kita sangat terbatas kemampuannya dalam menganalisa benda-benda yang nampak, apalagi terhadap benda-benda yang tidak nampak.

Hanya dengan berbekal panca indera, mereka tidak akan dapat mengenal Allah. Manusia hanya dapat melihat-Nya di surga nanti bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Mereka tidak mampu melihat-Nya, bahkan karena kesesatannya lalu mereka menjadikan benda-benda lain yang mempunyai kekuatan tertentu yang mempengaruhi kehidupannya sebagai Tuhan mereka selain Allah (ghairullah). Tersebutlah kemudian kepercayaan akan adanya dewa-dewa yang menguasai matahari, bintang, langit, air, udara dan lainnya. Selain itu ada pula yang karena jenuh mencari namun tak juga berhasil, lalu berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada. Pencarian tak tentu arah ini lalu menimbulkan sikap skeptis. Segala sesuatu yang berhubungan dengan diri dan juga gejala-gejala alam yang terjadi dalam lingkungan kehidupannya dipandangnya dengan nalarnya semata. Inilah yang mereka anggap lebih ilmiah dari pada harus mempercayai hal-hal yang bersifat ghaib, mistik, takhayul dan sebagainya. Ilmu filsafat kemudian muncul memuaskan segala nafsu dan akal manusia.

Akal manusia bisa jadi akan mampu mengenal keberadaan Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tersebar di pelosok bumi. Namun karena mereka tidak mempunyai keimanan, segala pengetahuan itu kemudian dijadikan diskursus ilmu semata.

Penggambaran yang salah terhadap metode untuk mengenal Allah ini, dulu maupun sekarang, merupakan faktor terbesar yang menjauhkan manusia dari metode iman yang benar kepada Allah. Padahal penggambaran macam ini jelas-jelas salah. Secara aksiomatik, akal mengatakan bahwa Allah adalah pencipta materi tetapi Dia bukan materi. Sebab materi tidak bisa menciptakan materi. Jika puncak pencerapan indera di dalam kehiduapan dunia kita hanya terbatas pada materi yang tercerap secara inderawi saja, maka Allah tidak akan bisa menjadi obyek pengetahuan kita. Yang jelas pada bangsa atau orang kafir manapun juga pasti akan muncul kekacauan di seputar metode inderawi untuk mengenal Allah ini. Itulah sebabnya mengapa di zaman sekarang kita mendengar ada orang-orang tertentu yang menjadikan “tidak bisa dilihat oleh mata” menjadi sebab musabab timbulnya atheisme.  Demikian pula, kita mendengar beberapa negara tertentu menegaskan demikian, seperti yang dilakukan oleh siaran Uni Soviet ketika meluncurkan satelit industrinya yang pertama ke ruang angkasa.  

Kedua jalan tersebut, yaitu al hawas (panca indera) dan aqli (akal pemikiran) karena tidak diikuti dengan keimanan terhadap hasil pencariannya itu, timbullah sakwasangka dan keragu-raguan (al irtiyab) dan pada akhirnya membuat mereka menjadi kafir.

2.    Jalan yang dilalui berdasarkan petunjuk Islam 

Jalan mengenal Allah telah ditunjukkan oleh Islam dengan menggunakan prinsip keimanan dan akal pemikiran melalui tanda-tanda (al ayat), yaitu melalui ayat-ayat qauliyah (Al Qur’an dan hadits), ayat-ayat kauniyah (alam semesta), dan melalui mu’jizat.

Dari ayat-ayat qauliyah, Allah mewahyukan firman-Nya kepada para utusan-Nya. Ada yang berupa shuhuf, al kitab dan juga hadits qudsi. Dalam Al Qur’an kita dapati maklumat Allah mengenai keberadaan diri-Nya.

 “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku, maka mengabdilah pada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”. (QS. Thaha: 14).

Dari ayat-ayat kauniyah, kita dapati keyakinan adanya Allah melalui apa-apa yang ada di alam semesta dan juga pada diri kita sendiri. (lihat QS. Adz Dzariyat : 21-22 dan QS. Fushshilat :53).

Misalnya adalah yang ada pada telapak tangan kita. Ruas-ruas tulang jari (tapak tangan maupun telapak kaki) kita terkandung jejak-jejak nama Allah, Tuhan yang sebenar pencipta alam semesta ini. 

Perhatikan salah satu tapak tangan kita (bisa kanan bisa kiri). Perhatikan lagi dengan seksama:
Jari kelingking                                     = membentuk huruf alif
Jari manis, tengah dan jari telunjuk       = membentuk huruf lam (double)
Jari jempol (ibu jari)                            = membentuk huruf ha
Jadi jika digabung, maka bagi Anda yang mengerti huruf Arab akan mendapati bentuk tapak tangan itu bisa dibaca sebagai Allah (dalam bahasa Arab).

Garis utama kedua telapak tangan kita, bertuliskan dalam angka Arab yaitu : 
IɅ pada telapak tangan kanan, artinya : 18; dan ɅI pada telapak tangan kiri, artinya : 81. Jika kedua angka ini dijumlahkan, 18+81 = 99, 99 adalah jumlah nama/sifat Allah, Asmaul Husna yang terdapat dalam Al-Quran !

Mengenai sidik jari, polisi dapat mengidentifikasi kejahatan berdasarkan sidik jari yang ditinggalkan oleh pelaku di tubuh korban. Hal ini disebabkan struktur sidik jari setiap orang berbeda satu dengan lainnya. Bila kelak penjahat itu telah ditemukan maka untuk membuktikan kejahatannya sidik jarinya akan dicocokkan dengan sidik jari yang ada dalam tubuh korban. Maka si penjahat tidak dapat memungkiri perbuatannya di hadapan polisi.

Keistimewaan pada jari jemari manusia menunjukkan kebenaran firman Allah yang menyatakan bahwa segala sesuatu ada bekasnya. Allah tidak akan menyia-nyiakan bekas-bekas ini untuk dituntut di yaumil akhir nanti.

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yaasin:12).

Adapun mengenai mu’jizat yang Allah berikan kepada para rasul dan nabi-Nya, telah cukup memperkuat eksistensi Allah. Mu’jizat terbesar yang hingga kini masih ada adalah Al Qur’an. Berikut adalah beberapa contoh mu’jizat yang terdapat dalam Al Qur’an.

-          Asal mula alam raya :
 “Kemudian Dia menuju pada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan kabut, lalu Dia berkata, “Datanglah kepada-Ku baik dengan suka maupun terpaksa”. Keduanya berkata, “Kami datang dengan suka hati.” (QS. Fushshilat : 11).

 Tak seorangpun ahli saint mengira bahwa langit, bintang dan planet-planet itu dasarnya adalah kabut (dukhan) setelah alat-alat ilmiah berkembang pesat. Para peneliti menyaksikan sisa-sisa kabut yang hingga kini selalu membentuk bintang-gemintang.

-          Bulan dan mentari :

 “Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam, kami jadikan tanda siang itu terang”. (QS. Al Isra: 12).

Para pakar ilmu astronomi pada saat ini telah menemukan bahwa rembulan dulunya menyala kemudian padam dan sinarnya sirna. Cahaya yang keluar dari rembulan di malam hari hanyalah pantulan dari lampu (siraj) lain yaitu matahari.

 “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (QS.Al Furqan: 61).

Di sini Allah menyatakan bahwa matahari bersinar, sehingga dikatakannya “pelita/lampu”. Jika bulan bersinar pula, tentu Allah akan berkata ‘dua lampu” (as sirajain). 

-          Kurangnya oksigen di langit :

 “Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah sedang mendaki ke langit”. (QS. Al An’am: 125).

Dahulu orang-orang beranggapan bahwa orang yang naik ke atas merasa sesak napas karena udara buruk yang tidak sehat. Tetapi manakala manusia berhasil membuat pesawat ruang angkasa super canggih dan ia mampu naik ke langit, diketahuilah bahwa orang yang naik ke langit dadanya terasa sesak, bahkan amat sesak, dikarenakan udara (oksigen) berkurang dan bahkan hampa. Karena itu para astronot harus memakai tabung oksigen ketika mengangkasa.

Setelah mengkaji beberapa contoh hubungan kitabullah dengan sains modern, pahamlah kita bahwa Al Qur’an benar-benar suatu mukjizat yang tiada bandingnya. Mereka yang memiliki hati nurani akan merasa takjub dengan keangungan-Nya. Sungguh benar firman Allah :

 “Sesungguhnya telah Kami datangkan kepada kamu suatu kitab yang telah Kami jelaskan berdasarkan ilmu (dari kami), sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al A’raf: 52).

Manusia yang beriman dan berakal lurus akan merasakan keberadaan Allah dan membenarkan keimanannya kepada Allah (tashdiqul mu’min ilallah) . Sehingga rukun iman yang enam perkara yang selalu kita hapalkan itu, bukan hanya keimanan dalam lafadz semata, tapi juga telah tertashdiq (dibenarkan) dalam hati dan pola tingkah kita sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat 53:11 ,”Hatinya tidak mendustai apa yang telah dilihatnya”.

Silahkan Berkomentar dengan Bijak dan sopan, Boleh berkomentar sesuai dengan Bahasan namun di larang keras melakukan SPAM

Emoticon