Baca Dulu Yang ini
Telah
kita ketahui bersama pada artikel sebelumnya yang kami tulis di web
pondok pesantren salafiyah Ushuluddin bahwasanya tentang pengertian Amanah yang
mana Amanah tidak bisa di kait-kaitkan.
Baca Juga : Pemahaman
Amanah
Dari nash-nash Al-Qur’an dan sunnah di atas
nyatalah bahwa amanah tidak hanya terkait dengan harta dan titipan benda
belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh semesta menolaknya dan hanya
manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan memikulnya. Jika
demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan akal.
Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan
berbagai kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya.
Dilanjut dengan pembahasan Hubungan Amanah
Dengan Keimanan
1. Amanah
Merupakan Tuntutan Iman, dan khianat merupakan tanda hilangnya keimanan dan
mulai merasuknya kekafiran dalam diri seseorang. Sabda nabi SAW: “Tidak ada
iman pada orang-orang yang tidak ada amanah dalam dirinya, dan tidak ada agama
pada orang yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR Ahmad 3/135, Ibnu Hibban
dalam shahihnya Mawarid azh-Zham’an-47, al-Bazzar dalam musnadnya Kasyful
Astar-100, lih. Juga dalam Albani Shahih Jami’ Shaghir-7056.
2. Hilangnya
Amanah Merupakan Tanda Kiamat, yang salah satu cirinya adalah dipegangnya
amanah oleh yang orang-orang bukan ahlinya dalam masalah tersebut. Sabda nabi
SAW: “Ketika amanah telah disia-siakan maka tunggulah tibanya Kiamat.” Kata
para sahabat ra: Bagaimanakah disia-siakannya wahai rasuluLLAH? Jawab nabi SAW:
“Ketika suatu urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya maka tunggulah tibanya
Kiamat.’” (HR Bukhari dalam Fathul Bari’ hadits no. 59 dan 6496)
3. Hilangnya
Amanah Terjadi Bertahap, sebagaimana sabda nabi SAW: “Seorang tertidur maka
hilanglah amanah dari hatinya bagaikan titik hitam, lalu ketika ia tertidur
lagi maka hilanglah amanah tersebut bagaikan bekas/jejak, demikianlah
seterusnya sampai tidak ada lagi amanah dihatinya, dan tidak ada lagi di hati
manusia, sehingga mereka tidak menemukan lagi orang yang amanah. Maka
berkatalah sebagian mereka: Di tempat anu masih ada seorang yang bisa
dipercaya. Sampai dikatakan kepada seseorang: Ia tidak bisa dipegang, tidak
berakal, tidak ada dihati mereka sebesar biji sawi dari keimanan.” (HR Muslim
dalam Mukhtashar Shahih Muslim hadits no. 2035)
Semoga artikel diatas dapat nya bermanfaat.
Silahkan Berkomentar dengan Bijak dan sopan, Boleh berkomentar sesuai dengan Bahasan namun di larang keras melakukan SPAM
Emoticon